It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Seruuuu
Maaf ya, membuat kalian lama menunggu. Karena kesibukan kerja dan sering pulang malam membuatku jadi susah punya waktu buat ngetik, udah capek duluan soalnya hehe. Dan juga belum lama ini sangat susah masuk bf ini lewat uc. Kena inet positif
Part 28
Aku menyantap sarapan tak semangat sedikitpun. Perkataan mama semalam masih berputar di benakku. Berpisah dengan tora? Sungguh, aku tak sanggup melepaskannya. Tapi, jika kami tetap bersama. Mama dan papa yang akan memisahkan kami. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.
“Dek, kamu kok gak semangat gitu makannya?” pertanyaan Kak Inka membuyarkan lamunanku dan menolehkan pandangan padanya.
“Kamu lagi ada masalah?” tanyanya lagi. terlohat raut khawatir di wajahnya.
“Hari ini Andri ada ulangan matematika, kak.” Aku berbohong memberikan alasan.
“Cuma matematika aja kamu udah lesu gitu,” komentar papa buka suara, “Jagoan papa tidak boleh lesu. Kamu harus semangat, oke?” lanjut papa memberikan semangat.
“Siap, pa.” Aku memaksakan tersenyum lebar kepada papa, kemudian melanjutakan makanku dengan perlahan. “Jika papa mengetahui hubunganku dengan tora, apa papa akan tetap bersikap hangat seperti ini padaku?” tanyaku dalam hati memandang papa yang makan dengan tenang di tempatnya.
Sekilah aku melirik mama yang duduk di samping papa. Mama bersikap biasa saja, seolah tidak terjadi apapun di antara kami kemarin. Tetap mengambilkan sarapan untukku dan menyuruhku mnghabiskan susu seperti biasa. Aku sedikit canggung, tapi berusha menyembunyikannya dari papa, Kak Inka, dan Kak Hendra.
Suarra klakson mobil terdengar dari luarr. Aku buru-buru menghabiskan sarapan dan berpamitan kepada seuanya.
“Aku selesai.” Mengambil tas dan menentengnya asal, aku berlari keluar rumah.
Terlihat Resti melamaikan tangannya begitu aku hampir sampai di dekat mobil yang dikendarai Andre. Balas melambai, aku membuka pintu bagian belakang.
“Lu kenapa? Kusut banget tuh muka.” Andre menatap sekiilas dari kaca depan. Aku hanya menghembuskan napas kasar lalu, memejamkan mata.
“Mama sudah tahu hubungan gue dengan Tora. dan sekarang mama menyuruh gue untuk meninggalkan Tora,” jawabku masih dengan mata terpejam.
“Hah! Seriusan lu, Dri?” Resti menoleh ke belakang menatapku tak percaya. Aku kembali menghemuskan napas keras, kemudian membuka mata dan mengangguk lemah sebagai jawaban atas pertanyaan Resti barusan.
“Trus gimana tanggapan, Tora?”
“Gue belum cerita ke dia.” aku kembali menutup mata.
“Lu, yang sabar ya, Dri. Apapun yang terjadi, kami akan selalu ada buat lu.” Resti mengusap-ngusap pahaku dengan pelan menenangkan. Aku membuka mata kembali dan tersenyum kepada sahabatku ini.
“Makasih ya, Res.” Resti mengangguk sambil membalas senyumku dengan tulus.
*****
Aku membaca lagi pesan yang dikirim Tora semalam. Pesan-pesan yang penuh dengan kekhaatiran. Aku merasa bersalah karena telah mengaakan panggilan dan pesan darinya.
[Andri, tolong balas pesanku. Apa mamamu marah?]
[Sayang, keenapa gak kamu balas? Aku khawatir di sini.]
[Kamu sudah tidur? Besok aku gak bisa masuk, karena ada rapat pentign dan bebrapa hal yang harus kukerjakan. Tapi, pulang sekolah aku usahakan mnjemputmu.]
Aku menghembuskan napas pelan selesai membaca semua pesan dari Tora.
Hari ini kami pulang cepat karena ada rapat guru. Dan aku tidak meengirim pesan balasan kee Tora. ajakan pulang bareng Andre pun aku tolak. Aku ingin menghabiskan waktu sendirian.
Ya, aku tidak lagsung pulang ke rumah. Aku memilih pergi ke sebuah taman kota. Memandangi anak-anak yang bermain sepeda, atau yang sedang naik ayunan. Memperhatikan muda-mudi yang asyik bercanda dengan teman-temannya. Betapa bahagianya mereka. Berbanding terbalik dengan kehidupanku yang sekarang.
“Ternyata kamu di sini.” Aku menoleh ke belakang. Mendapati Tora berdiri tidak jauh dari tempat dudukku. Kemudian beralih menundukan wajah tidak berani menatapnya.
“Kenapa kamu gak membalas pesan, dan menungguku?” tanyanya yang sudah duduk di sebelahku.
“Kamu tau darimana kalau aku di sini?” aku balik bertanya tanpa menjawab pertanyaannya.
“Tanpa aku jawab pun kamu sudah tahu, kenapa aku bisa menemukanmu dengan mudah.”
Aku baru ingat kalau beberapa hari yang lalu, Tora memasang aplikasi pelacak di ponselku. Aku hanya menganggguk-nganggukan kepala tanda mengerti.
“Sekarang ceritakan apa yang terjadi kemarin?”
“Mama marah besar, dan menyuruh kita untuk putus. Jika tidak, mama akan memberitahu papa dan memisahkan kita dengan paksa,” beritahuku kepada tora. aku juga menceritakan bagaimana mama menamparku untuk yang pertama kalinya, dan menganggap jijik hubungan kami.
“Baiklah, mungkinn kita harus mengambil keputusan ini. supaya orangtuamu senang.” Tora buka suara setelah beberapa saat diam mendengarkan ceritaku. Dan mengambil keputusan mengenai hubungan kami.
Aku memandang Tora dengan mata yang sudah siap menumpahkan air mata.
“Kenapa kita tidak bisa seperti mereka yang hubungannya begitu mudah diterima oleh orang-orang di sekitar mereka.?” Akhirnya cairan bening itu tumpah juga setelah susah payah kutahan.
“Kenapa harus seperti ini jadinya?” aku menangis dalam dekapan Tora.
“Semuanya akan baik-baik saja. Dan ini yang terbaik buat kita.” Tora mengusap kepalaku dengan lembut.
**
Saat aku pulang, rumah terlihat sepi. Sepertinya Kak Hendra lagi keluar bersama Kak Mia untuk menjalani terapi kakinya. Aku melangkah dengan gontai terus masuk ke dalam rumah. tiba-tiba mama muncul dari arah dapur.
“Kamu sudah memutuskan hubunganmu dengan Tora?” tanya mama dingin dan to the point. Aku mengangguk lemah sebagai jawaban.
“Baguslah. Mama senang mendengarnya. Dia hanya akan memberi pengaruh buruk padamu,” ujar mama seraya tersenyum senang. Berbeda dari sikapnya barusan, “nah sekarang ganti bajumu, lalu turun ke baawah. Kamu belum makan, kan?”
“Aku sudah makan. aku mau istirahat dulu.” Aku menjawab pertanyaan mama tanpa semangat.
“Yasudah, kamu istirahat aja.” Mama mengelus rambutku pelan. Aku hanya mengangguk lalu berjalan mnaiki tangga.
“Oh ya sayang. Minggu Tante Mirna mau main ke sini bareng anaknya, Nadia. Kamu masih ingat kan dengan anaknya? Sekarang dia tambah cantik lho.” Mama memperlihatkan foto Nadia kepadaku sebelum sempat kakiku menginjak anak tangga pertama.
Dia memang gadis yang cantik. Waktu masih kecil dulu dia juga sudah cantik. Ya, Nadia adalah teman sekolahku waktu di taman kanak-kanak hingga SD. Tante Mirna teman dekat mama. Jadi kami sering main bersama. Nadia gadis yang baik dan ramah. Kalau aku menyukai perempuan, mungkin aku akan meminta dia menjadi pacarku. Namun, aku berbeda. Aku menyukai laki-laki, dan hanya menganggap Nadia sebagai teman, tidak lebih. Tapi, aku tidak tahu apa maksud mama berkata seperti itu.
“Kamu pasti akan langsung menyukainya begitu bertemu dengan dia nanti.” Dengan antusias mama menceritakan tentang Nadia padaku. aku memiliki firasat kalau mama mau menjodohkanku dengan Nadia. Dengan malas aku melanjutkan langkah tanpa mau mendengarkan lagi kata-kata mama.
**
Hari ini aku berjalan tergesa-gesa. Selain takut terlambat, aku juga ingin bertemu Tora, walau hanya sebentar. Namun belum sampai di depan kelasnya, dari kejauhan aku melihat Sony menggandeng tangan tora. sony tertawa begitu lepas di samping Tora. Berbalik badan, aku mengurungkan niat bertemu dengannya.
Aku tidak bisa berkonsentrasi mengikuti pelajaran Bahasa Inggris hari ini. Kejadian tadi pagi mesih terlukis jelas di benakku. Kejadian di mana tora membiarkan sony menggandeng tangannya. Tanpa kusadari setetess cairan bening membasahi pipi. Dengan cepat kuhapus kasar cairan bening tersebut. Dan kurasakan tangan Andre meremas jemariku yang ada dia atas meja.
“Semuanya akan baik-baik saja. ada gue dan teman-teman bersama lu.” Aku tersenyum dan mengangggukkan kepala mendengar ucapan Andre barusan. Ya, Andre juga melihat kejadian tadi pagi. Saat aku berbalik badan ternyata andre ada di belakangku. Aku pun menarik tangannya menuju kelas kami. Dan untungnya saat ini guru Bahasa Inggris ku sedang menghadap papan tulis. Jadi aku tak perlu khawatir ketahuan tidak menyimak pelajarannya.
**
Begitu bel istirahat berbunyi, aku memilih masuk ke dalam ruang UKS. Aku yakin ruangan UKS adalah tempat yang bagus untuk menenangkan diri. Aku juga sudah berpesan kepada Andre untuk tidak memberi tahu siapapun mengenai keberadaanku di sini. Saat ini aku hanya ingin sendiri. Bertemu dengannya hanya akan membuatku kesal.
Aku memutuskan mengirim pesan kepada Radit, teman dumay ku yang doyan seks itu. seperti biasa dia menceritakan hubungan rranjangnya padaku. bagaimana enaknya saat dia berada di atas, serta kamar mandi yang menjadi tempat favorit mereka bedua saat berhubungan intim. Dan yang paling membuatku iri adalah berita tentang pernikahannya di negara kekasihnya setelah lulus nanti. Beruntungnya jadi dia. sedangkan aku, maassalah selalu datang silih berganti. seolah tidak pernaah bosan mengikutiku.
“Hei! Ini gue bawain makanan buat lu. Sebentar lagi waktu istirahat selesai. Simpan dulu ponsel lu.” Andre mengambil ponselku dan menyerahkan sebuah kantong plastik putih berisikan beberapa jajanan kantin. Kulihat dia membaca sebentar isi pesan-pesanku bersama radit, ssebelum memasukan ponselku ke dalam saku celananya.
“Teman lu mau nikah?”
“Iya.”
“Dia gak faker kan?”
“Gak kok. Gue pernah video call sama dia. dan lu tau dia lagi ngapain saat itu?” Andre menaikan sebelah alisnya merespon ucapanku, dan meminta jawaban, “dia lagi bercinta bersama kekasihnya yang bule itu,ck.”
Aku menatap Andre dengan kesal karena tertawa kencang setelah memberitahu dirinya. Menyebalkan.
“Lu sendiri udah pernah bercinta dengan Tora?”
“Belum.” Aku menunduk malu menjajwab pertanyaan Andre.
“Dia bilang gak akan nusuk gue sebelum kita nikah. Tapi sekarang dia...” aku tidak melanjutkan ucapanku mengingat kejadian tadi pagi.
“Lu harus kuat. Gue dan yang lain selalu ada di samping lu.” andre mengusap kepalaku dengan lembut. Membuatku merasa tenang dan damai. Aku benar-benar beruntung memiliki sahabat seperti dia dan yang lain.
“Tadi Tora nanyain lu. Gue jawab aja lu ke toilet. Tapi karena lu gak muncul-muncul di kantin, dia terlihat khawatir gitu.”
“Ck, jangan sebut nama dia. gue lagi marah sama dia!”
“Haha, oke sayang.” Andre merrangkul dan mengacak rambutku dengan gemas. Dia menemaniku makan hingga jam istirahat berakhir. Dan aku memutuskan untuk tidak menemui tora hingga pulang nanti.
**
Keinginanku untuk tidak bertemu dengaan tora sia-sia. Begitu aku keluar dari kelas, dia sudah menungguku di depan. Dengan cepat aku menghindar darinya, tapi pergerakannya begitu cepat hingga dengan mudahnya dia menahan lenganku. Mencoba berontak, tenaganya lebih kuat dariku.
“Kenapa kamu menghindar?”
“Aku tidak menghindar.”
“Jadi yang barusan apa?” aku hanya diam tidak menjawa pertanyaannya, sambil berusaha lepas dari ggenggamannya.
“Kamu kenapa jadi marah seperti ini?”
“Pikir aja sendiri.” Aku menghempaskan tanganku dengan kuat. Dan berhasil.
“Tunggu.” Tora kembali berhasil meraih tanganku. Namun, tanpa pikir panjang aku menginjak kakinya dengan keras, membuat dia mengerang kesakitan. Aku pun menggunakan kesempatan ini untuk lari darinya.
Begitu sampai di parkiran aku menemukan Doni yang lagi duduk di atas motornya. Segera saja aku duduk di jok belakangnya dan menyuruhnya cepat-cepat menghidupkan motor. Tanpa banyak tanya Doni menjalankan motornya meninggalkan sekolah. Di belakangnya aku mengirim pesan ke grup line kami, mengatakan kalau aku dan Doni jalan duluan.
**
“Kamu kenapa, Dek?”
“Ah, kakak. aku gak apa-apa kok.”
Aku berdiri dan menghampiri Kak Hendra. Membantu mendorong kursi rodanya ke sebelah tempat dudukku.
“Kamu lagi berantem sama pacarmu yang pucat itu?”
“Tora gak pucat, kakak!”
“Pucat, kayak vampir. Sampai-sampai dikasih nama ‘my lovely vampire’ segala.”
“Ihh. Kakak nyebelin.”
Aku memukul bahu Kak Hendra dengan keras, tapi dia malah tertawa dengan kencangnya. Tak lupa tangannya mengacak rambutku.
“Oh ya, kapan Kakak wisuda?” aku mencoba mengalihkan pembicaraan kami.
“Setelah Kak Inka menikah.”
“Tahun depan dong?” Kak Hendra mengangguk sebagai jawaban.
“Trus perkembangan terapi Kakak gimna?”
“Lumayan. Tapi kakak masih belum kuat menggunakan tongkat.” Kak Hendra tersenyum dengan tulus menjawab pertanyaanku.
Aku merasa sedih dengan keadaan kakakku yang sekarang. Karena orang yang menyebabkan dia harus duduk di kursi roda adalah aku. Namun, aku merasa bersyukur karena Kak Hendra memiliki pacar seperti Kak Mia. Dia sangat sabar dan telaten menjaga Kak Hendra saat terapi. Biasanya dalam cerita-cerita yang kubaca atau film yang tonton, disaat sang tokoh berada dalam keadaan seperti Kak Hendra, kekasihnya akan pergi meninggalkan dirinya yang cacat. Tetapi, Kak Mia tidak seperti itu.
Aku mendekat dan memeluk Kak Hendra dengan erat. Membisikan betapa aku sangat menyayanginya. Dan kami pun melanjutkan obrolan hingga dini hari. Mulai dari rencana Kak Hendra yang akan bekerja di kantor papa, juga tentang niatnya yang ingin melamar Kak Mia.
*****
Seperti biasa aku di antar oleh Kak Inka. Berdiri lama di depan gerbang sekolah, memperhatikan lalu-lalang beberapa siswa-siswi yang datang lebih awal. Tidak mau berlama-lama di depan gerbang, aku membalikan badan perlahan meninggalkan area sekolah. Sekali-kali bolos tidak apa-apa bukan? Dengan begitu aku berjalan menuju halte yang terletak tidak jauh dari sekolah.
Memakan waktu kurang lebih satu setengah jam menuju tempat yang kucari di google saat berada di dalam busway. Salah satu taman yang ada di Jakarta ini cukup tenang dan asri. Mengambil beberapa angle foto yang menurutku menarik, lalu mengirimkannya ke akun instagram milikku. Tora tidak tahu mengenai akun instagramku. Dia juga tidak mempunyai akun di sosial media yang satu ini. Aku juga sudah mematikan GPS dan aplikasi yang berhubungan dengan keberadaanku, agar tora tidak bisa menemukanku.
Lama aku berada di taman ini, hingga waktu menunjukan pukul satu. Dengan malas aku beranjak dari duduk dan mencari tempat makan untuk mengisi perutku yang sudah lapar. Aku juga masih ingin pergi ke tempat menarik lainnya.
**
Aku sampai di depan rumah tepat pukul enam sore. Turun dari taksi yang kutumpangi, aku melihat mobil yang sangat kukenal. Mobil Tora. Dia keluar dari dalam mobil lalu berjalan mendekatiku.
“Kamu dari mana?”
Tanpa mempedulikan pertanyaannya, aku buru-buru masuk ke dalam rumah. Namun, dia sangat cepat. Dia mencekal tanganku dan membawaku masuk ke dalam mobilnya.
“Lepaskan aku!”
“Tidak, sebelum kamu jelaskan kenapa menghindariku.”
“Gak ada yang perlu di jelaskan. Lepaskan!”
Tora tetap memasukanku ke dalam mobil dan mengunci pintunya.
“Tolong beritahu aku kenapa kamu menghindar?” Tora sudah duduk di bangku kemudi dan menatapku dengan intens.
“Sudah kubilang gak ada yang perlu di jelaskan. Semua sudah jelas kan?”
“Apa maksudnu?” tanyanya dengan wajah bingung. Membuatku muak. Dia pura-pura tidak tahu mengenai hubungannya dengan sony.
“Sudahlah. Tolong biarkan aku keluar dari sini.” Aku menjawab dengan malas ucapannya.
“Tidak, sebelum kamu memberitahuku kenapa kamu menghindar?” dia tetap keras kepala membberi pertanyaan yang sama.
“Tanya aja pada dirimu sendiri. Sekarang lepaskan aku!”
Bukannya melepaskan, Tora malah mendekatkan tubuhnyaa dan menciumku. Sontak aku menghindar, tapi dia tetap memaksa. Aku mendorongnya dengan kuat dan...
“Semuanya tlah berakhir. Lepaskan aku!!”
Plak!!
Aku terpaku atas apa yang telah kulakukan dan memandang tak percaya pada tanganku yang sudah menampar Tora barusan. Gemetar. Tanganku gemetar. Aku sudah menampar orang yang kucintai. Dia menatapku dengan pandangan sendu sambil memegang pipinya.
Dengan gerakan pelan Tora memuka pintu mobilnya. Perlahan aku pun keluar, dan mobil yang dikendarai Tora mulai meninggalkan aku yang masih berdiri dengan perasaan bersalah.
**
Malamnya aku tidur dengan gelisah, memikirkan perbuatanku tadi sore dan wajah terluka Tora. Aku memutuskan untuk membuka ponsel dan mengirim pesan ke grup.
[Gue galau]
Baru saja pesanku terkirim, langsung dapat balasan dari Andre.
[Lu galau kenapa, Yang?]
[Gue menampar Tora, dan hubungan kami sepertinya sudah berakhir]
[Hah! Yang benar lu? Lu pasti bercanda]
Aku membalas pesan Andre dengan mengirim stiker menangis. Memberitahukan bahwa aku serius, yang dibalas dengan stiker pelukan darinya. Tak lama, Doni dan yang lain muncul. Mereka memintaku untuk bercerita. Aku pun menceritakan semuanya pada mereka hingga mataku lelah dan mengantuk.
****
Aku berjalan dengan gontai menuju kelas. Kejadian menampar Tora masih terekam dengan jelas di ingatanku. Perasaan bersalah itu muncul lagi sampai sebuah tepukan mengagetkanku yang melamun sambil berjalan.
“Kak Andri apa kabar? Kenapa kemarin gak masuk? Padahal aku bawa bekal lho buat kakak.”
Sony, orang yang mengagetkanku berceloteh panjang lebar. Aku menghentikan langkah dan menatapnya dengan dingin.
“Gak usah sok peduli dan berhenti bersikap sok manis di depan gue.”
“Ehh. Maksud Kakak?”
Aku tidak menjawab pertanyaannya. Memilih pergi meninggalkan dia yang sudah merebut Tora dariku. Padahal aku sudah menganggap dia seperti adikku sendiri.
@JosephanMartin @Aurora_69 @o_komo @okki @denfauzan @3ll0 @Yirly @QudhelMars @Abdulloh_12 @RifRafReis @abyyriza @Chu_Yu7 @StevenBeast @RenataF @hananta @Rars_Di @wisnuvernan2 @adammada @yogan28 @Algibran26 @arifinselalusial @Adi_Suseno10 @Apell @Mr27 @ryanadsyah @Firman9988_makassar @Reyzz9 @jose34 @vane @kunnnee @AvoCadoBoy @Satria91 @bayu15213 @RinoDimaPutra @alfan_Fau @yandiChan @happyday @farrel_pratama @rahmad1@cowokkumal @IlyasArbani @ arieat @Obipopobo @yogan28
Semoga kalian suka...
> Hai semua~~
> Maaf ya, membuat kalian lama menunggu. Karena kesibukan kerja dan sering pulang malam membuatku jadi susah punya waktu buat ngetik, udah capek duluan soalnya hehe. Dan juga belum lama ini sangat susah masuk bf ini lewat uc. Kena inet positif
pake opera mini kak, dijamin lancar jaya.
Cerita ini update di wattpad juga ya kak? @akina_kenji
@kreteks-jadul dulu aku pernah pake opmin, gak bagus juga. Jadi aku hapus lagi tuh app.
@Aurora_69 emak2 kan suka menjodoh2kan anaknya. Kalau anaknya gak mau, mereka cari lagi teman yg lain yg punya anak gadis juga. Selalu begitu emak2. Pokoknya anaknya harus sama cewek.
Iya di sana juga aku post.