Apa yang dimaksud “Seksual Minoritas”?
Siapakah mereka?
Kita pun perlu memahami mereka,
bukan menghakimi mereka.
IKASSLAV FIB Universitas Indonesia, Yayasan Jurnal Perempuan, dan didukung penuh oleh HIVOS, menyelenggarakan Roadshow kampus:
“Seksual Minoritas Perempuan:
Mengapa Perlu Dipahami?”
Narasumber:
BJD Gayatri (Konsultan Bidang Pembangunan/ AID Asistance)
Masruchah (Ketua Koalisi Perempuan Indonesia)
Moderator: Dewi Setyarini ( Yayasan Jurnal Perempuan)
Lobi Auditorium Gedung IX
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
Jumat, 29 Februari 2008 pukul 13.00-17.00 WIB
Mungkin kita sudah terlalu banyak mendengar masalah-masalah perempuan seperti kasus-kasus tenaga kerja perempuan, perdagangan perempuan atau trafficking, dan kekerasan dalam rumah tangga. Namun mungkin kita jarang mengulas nasib perempuan dalam seksual minoritas. Mungkin juga kita sudah mendengarnya malaui informasi yang tidak utuh.
Perempuan dalam seksualitas minoritas sangat rentan menerima perlakuan kekerasan. Permasalahan ini pun seakan-akan luput dari pandangan kita sehari-hari.
Perempuan yang berada dalam orientasi seksual minoritas adalah kaum lesbian. Selain itu, seksual minoritas juga mencakup kaum biseksual, gay, transeksual, dan waria. Mengenai kekerasan atau diskriminasi yang dialami oleh perempuan seksual minoritas, dapat dikatakan lebih memprihatinkan daripada kekerasan atau diskriminasi yang dialami oleh perempuan seksual mayoritas.
Pada kasus sehari-hari, para perempuan ini sering mendapatkan perlakuan diskriminasi dalam berbagai hal. Misalnya, mereka sering mengalami diskriminasi dalam hal pekerjaan, berpendapat, dan berorganisasi (hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya). Mereka pun pada akhirnya merasa termarjinalkan karena kekerasan dan diskriminasi. Jika dikaitkan dengan konteks kebudayaan, khususnya di Indonesia, hal tersebut terjadi karena mereka yang berada pada orientasi seksual minoritas kalah oleh nilai-nilai kebudayaan Timur yang berlaku di Indonesia. Pada akhirnya, mereka terpaksa tidak bisa menjadi diri mereka sendiri sehingga sulit bagi mereka untuk mengekspresikan diri dalam hal pekerjaan, sosial, politik, ekonomi, dan budaya sebagai warga negara.
Comments
koq tanpa solusi ? ngambang..
Ya justru itu yg mau didiskusiin :roll: .