Sekarang terasa banget setelah jauh darinya, keputusan yang aku buat untuk berpisah dengannya sangat menyakitkan bagi kita. Mungkin terutama bagi dia. Beberapa bulan yang lalu, menggebu-gebu untuk tinggal bersama. Setelah tahun 2015 selama 6 bulan sempat tinggal bersama. Keinginan itu terwujud lagi di akhir tahun 2016. Tetapi hanya 2 bulan setengah. Aku resign dari pekerjaanku dan berusaha buat tinggal bareng dia. Sempat merantau ke bali dan akhirnya aku menyusul dia ke kalimantan. Tinggal bersama ortunya dan bersama dia. Sebenernya aku yang sangat egois, karena sudah tau dia anak tunggal setelah kematian kakaknya. Pasti ortunya berharap banyak ke dia, terutama untuk memberikan cucu. Tapi aku tetap nekat menyusul ke tempat dia tinggal bersama ortunya. Aku yang sejak tahun 2011 sudah dianggap anak dari mereka dan kakak dia, diterima secara baik dikeluarga kecil nan sederhana itu. Seiring waktu berjalan, aku tersadar bahwa aku adalah manusia paling egois yang berusaha merebut anak orang demi kebahagianku sendiri.
Orang paling jahat yang sudah mengkhianati kepercayaan mereka yang telah menganggapku anak mereka sendiri.
Awal januari aku memutuskan pulang ke jawa, aku tau dia sangat sedih. Tak lain denganku, yang juga berusaha menahan tangis karena bakalan berpisah dan tak berharap bersama dia lagi. Karena dia punya orang tua yang punya harapan besar darinya. Sekarang aku tak mempunyai tujuanku lagi. Tak mungkin lagi bersamanya, sesak rasanya dada ini karena tak bisa terluapkan perasaan sedih. Tertahan entah apa. Ingin berteriak bahkan menangis agar berkurang dan menjadi lega hati dan pikiran ini. Aku harap dia mengerti dan berfikir dewasa.
Comments
Semoga dibalas kebaikanmu oleh tuhan #amin
Memang sebuah kebenaran terkadang sangat menyakitkan ya
imo kamu egois dan dia seneng dengan kamu, simbiosis mutualisme jadi gamasalah
kamu berhak bahagia lah
dia juga berhak lah punya kamu
kek sinetron gt
x : " aku ga pantes buat kamuh "
y : " tapi aku cinta kamuh "
x : " tapi aku bukan pilihan yg baik buat kamuh "
y : " tapi ku cintah, pokoknya cintah yang "
gitu aja terus sampe qiyamat
ujung2nya kamu nyakitin dua orang, dia dan kamu sendiri
kalo keluarga kan msh belum pasti
selain itu ya, pilihannya cm itu2 aja, yg jelas ada yg perlu dikorbankan, udah rantai makanan dr dulu cinta ya gitu
bisa jadi pacar yg kecewa,
atau mantan yang kecewa,
atau keluarga yg kecewa,
gimanapun ceritanya ttp akan ada yg kecewa/sakit hati di belakang
itu pasti
not big deal
udah jalan idup
gamungkin seekor karnivora makan daging tanpa ada nyawa yg melayang dibalik dagingnya
Aku pulang ke jawa, biar dia bisa fokus ke masa depan dia sendiri, dan bisa membahagiankan ortunya. Gak ada masalah yang aku tinggal disana?
Kalau aku masih disana dan tinggal bareng dia dan ortunya, bukannya bisa terjadi masalah? Seperti ketahuan? Atau kecurigaan yang kenapa tak segera punya pacar cewek?
sekarang bgm?
Ya bisa dibilang masa lalu
Sekarang, mencoba melupakan dia
Tapi terkadang kepikiran banget dan masih kangen
Harapanku sekarang semoga dia dapat menatap masa depan dan berfikir untuk menikah sama cewek
//ngeeeenggg
hahaha lucu.
terus, ga usah nyiksa diri deh. kalo udah cinta satu sama lain, perjuangkan dong. masalah orangtua yang minta penerus masa depan, Yaudah turutin aja. toh yang penting kalian masih bisa berhubungan.
jangan dibikin ribet, hidup tuh udah ribet.