It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Baru baca part 1
Keren
@lulu_75 belum aneh ya,,,padahal bagiku udah aneh loh orang seperti itu...semoga di part berikutnya udah tambah aneh toranya...maaf ya jika belum aneh toranya hee
@denfauzan @3ll0 @Yirly @Sho_Lee @Aurora_69 @arieat @o_komo @okki
@monic @Adi_Suseno10 @soratanz @asik_asikJos @xmoaningmex @lulu_75 @RifRafReis @LostFaro @gaybekasi168 @amostalee @Tsunami @andi_andee
*****
Part 3
Sudah hampir satu bulan aku menjadi pacar Tora, namun hubungan kami masih kaku saja. Aku masih belum bisa memahami sikap Tora, dia tidak banyak bicara, kadang aku merasa berpacaran dengan mayat hidup. Kalian bisa bayangkan berjalan dengan seseorang yang wajahnya putih pucat, lebih sering diam, dan tatapannya begitu tajam jika ada cowok yang mau mendekatiku. Aku sudah banyak bicara tapi dia cuma balas dengan kalimat pendek. Kalimat panjang sangat jarang keluar dari mulutnya. Aku harus bisa membuat hubungan kami menjadi lebih berwarna, tapi gimana caranya ya.
Ku buka laptopku dan mulai melakukan pencarian di tempatnya Mbah Google. Ku coba menuliskan ‘cara membuat hubungan yang kaku menjadi lebih romantis’, tapi yang keluar malah ‘jika suami tidak romantis’, ‘tips hubungan asmara’, ‘tips cara membuat pria jatuh cinta pada kita’ dll. Aku pilih ‘tips hubungan asmara’, ku baca artikel tersebut sampai habis. Sepertinya ini tidak akan membantu. Aku ingin coba untuk mencari lagi, tapi segera ku urungkan niatku dan menutup laptopku dengan malas lalu bangkit dari tempat tidur. Saat menuruni tangga, ku lihat kak Inka sedang asik makan es krim di depan tv, segera ku hampiri dia dan membuka mulutku meminta suapan darinya, dia memberiku satu sendok es krim coklat kesukaanku.
“Mama mana kak?” Tanyaku, biasanya Mama ikut nonton tv bareng Kak Inka.
“Lagi keluar sama Papa,” balasnya yang asyik nonton sinetron kesukaannya.
“Kak Hendra?” Tanyaku lagi.
“Barusan keluar di jemput temannya.” Jawabnya, lalu menyuapiku dengan sesendok es krim lagi.
“Trus Kakak kenapa nggak keluar juga bareng Kak Rio?” Aku sudah merebahkan kepalaku di pangkuannya.
“Karena Kakak harus menjaga Adik Kakak yang satu ini,” katanya sambil mencubit pipiku.
“Ish, emangnya aku anak kecil pake di jaga segala,” dengusku sambil menggembungkan pipiku. Dia malah tertawa melihatku.
“Hahaha...Kak Rio lagi keluar kota.” Akhirnya dia menjawab pertanyaanku.
“Ooh..” Ucapku, lalu membuka lagi mulutku minta di suapi. Kami menghabiskan malam ini dengan menonton tv berdua sambil makan es krim. Tepatnya cuma Kak Inka yang nonton, aku cuma menemaninya dan minta di suapi es krim kesukaanku.
*
Pagi ini kelasku sangat gaduh sekali karena wali kelas kami tidak masuk, beliau hanya memberikan kami catatan dan beberapa tugas rumah. Jadinya setelah mencatat kami bebas melakukan apapun selama dua jam sebelum pelajaran berikutnya. Selesai memasukkan buku, ku lihat Tora masih saja mencatat, ternyata dia langsung mengerjakan tugas rumahnya. Ku edarkan pandanganku ke seluruh ruangan melihat teman-temanku, ternyata ada yang bercanda, ada yang bergosip, ada yang keluar entah kemana, ada yang saling berkejaran, bahkan ada yang pacaran. Ku lihat Andre di belakangku sibuk cekikikan bersama beberapa teman yang lain, mereka fokus sekali memperhatikan hp yang di pegang Reno yang duduk di samping Andre. Akupun penasaran dengan apa yang mereka nonton, segera saja aku memutar dudukku menghadap meja Andre.
“Kalian lagi nonton apa sih?” Tanyaku penasaran pada mereka.
“Film doraemon Dri.” Jawab Andre yang masih saja fokus pada hp Reno.
“Gue juga pengen lihat donk, gue belum nonton endingnya,” kataku mencoba menarik tangan Reno.
“Nih, lihat aja,” kata Reno sambil mengarahkan hp nya kepadaku. Aku langsung kaget melihat film yang diperlihatkan Reno kepadaku. Ternyata film tersebut bukan film doraemon yang kartun itu, tapi film bokep. Seorang pria kekar lagi asik menunggangi seorang perempuan yang ada di bawahnya.
“Gila lu pada, nonton beginian di dalam kelas!” Omelku pada mereka.
“Hahahahaha.” Serentak mereka tertawa dengan keras.
“Andri mana mau nonton yang beginian,” timpal Andre. “Dia maunya pedang lawan pedang.” Sambungnya lagi. Aku memukul kepalanya dengan buku yang ada di hadapannya.
“Awww” Dia meringis kesakitan sambil mengusap-ngusap kepalanya.
“Gue juga punya yang seperti itu,” kata Reno.
“Hah! Lu homo juga Ren?” Tanyaku sedikit kaget mendengar perkataan Reno.
“Gue bukan homo Dri, cuma penasaran aja kalo laki sama laki itu mainnya kayak gimana.” Jelas Reno padaku.
“Gue pengen lihat donk Ren.” Kali ini Doni yang mengeluarkan suara, di barengi kata ‘iya’ dari yang lain. Akupun tak mau ketinggalan ikut memperhatikan hp Reno yang sudah berganti film.
Baru beberapa menit aku melihat film di hp Reno, aku di kagetkan oleh tangan Tora yang memegang pahaku, dia menggelengkan kepalanya saat aku menoleh kepadanya, ternyata dia sudah selesai mengerjakan tugasnya. Aku memutar kembali dudukku menghadap mejaku, sementara yang lain sibuk berkomentar tentang film yang mereka nonton tanpa menghiraukanku yang sudah menghadap ke depan. Tak lama ku dengar mereka berkata bosan dan meminta Reno mengganti filmnya dengan yang ada perempuannya.
“Ikut aku.” Kata Tora menggeser kursinya dan bangkit dari duduknya. Akupun bangkit dari dudukku dan mengikutinya dari belakang, meninggalkan teman-temanku yang masih asyik dengan film yang mereka nonton.
Tora mengajakku ke sebuah kolam kecil yang berada di belakang gedung sekolah, tempat ini sangat jarang di kunjungi karena lokasinya yang dekat gudang dan agak jauh ke belakang. Sudah banyak rumput liar tumbuh di sekitar kolam ini karena jarang sekali di rawat, kolam ini akan bersih jika ada gotong royong saja. Sekarang lagi jam pelajaran jadi kami bisa menikmati kebersamaan kami di sini tanpa khawatir ada yang mengganggu. Aku mendudukan pantatku di sebuah kursi panjang yang menghadap kolam, ku lihat Tora juga sudah duduk di sampingku, menatap ke arah kolam sejenak kemudian dia mengalihkan pandangannya manatap wajahku. Aku tertegun manatap matanya, dia memiliki mata yang bagus.
“Aku mau mengajakmu ke rumah hari ini, aku mau memperkenalkanmu kepada Mama.” Katanya yang masih menatapku dengan lembut.
Aku terpaku mendengar kata-katanya barusan, aku tak menyangka dia akan mengajakku ke rumahnya dan mau memperkenalkanku kepada Mamanya. Apakah mamanya sudah tahu mengenai orientasi seks-nya. Kenapa aku jadi deg-deg an gini.
“A..apa Mama kamu tahu tentang orientasi seks-mu dan tentang kita?” Tanyaku agak terbata.
“Mama sudah tahu tentang orientasi seks-ku, tapi aku belum memberitahukan tentang kita” Katanya menjawab pertanyaanku. “Itu sebabnya aku ingin memperkenalkanmu kepada Mama.” Lanjutnya lagi.
“Tapi bagaimana jika Mamamu tidak suka denganku?” Tanyaku lagi sambil menundukkan kepalaku.
“Mama akan menyukaimu,” ucapnya sambil memegang tanganku lembut. Aku menatap wajah putih pucatnya, dia balas menatapku lalu membelai rambutku. Kemudian aku mengangguk pertanda mau di kenalkan pada mamanya.
Ku lihat dia mengeluarkan hp dari saku celananya, memasang headset ke hp tersebut kemudian mencari-cari sebuah lagu untuk diputar, setelah menemukan lagu yang di inginkannya dia memasangkan headset tersebut ke telinganya dan juga ke telinga sebelah kananku. Aku menatap lagi wajahnya, dia tersenyum lalu menarik pinggangku agar lebih merapat ke arahnya. Jantungku bedegup lebih kencang saat berada dalam dekapannya, pasti wajahku sudah merona lagi saat ini.
Berada dalam dekapannya rasanya sangat nyaman. Dengan ragu aku memberanikan diri menyandarkan kepalaku ke pundaknya, dia menggenggam erat tanganku dan menjatuhkan kepalanya ke atas kepalaku, ahh sepertinya aku sudah mulai terbiasa dengan hubungan ini, walaupun masih sedikit kaku tapi aku merasa nyaman berada di sampingnya. Aku tidak peduli jika nanti teman-temanku tahu kalau aku berpacaran dengan Tora cowok yang mereka sebut aneh karena sikapnya yang tidak mau bicara dengan siapapun, dank kadang suka memukul cowok yang menyentuhku. Aku tidak peduli apapun tanggapan mereka nanti, dan walaupun aku dulu juga pernah bilang kalau Tora adalah cowok aneh, tapi cowok aneh ini adalah pacarku sekarang. Dan cowok aneh ini sudah membuat jantungku selalu berdetak tak karuan saat berada di sampingnya. Ku pejamkan mataku meresapi lagu yang ku dengar dari hp Tora, lagu yang menurutku mewakili perasaan kami saat ini.
What would i do without your smart mouth?
Drawing me in, and you kicking me out
You’ve got head spinning, no kidding, i can’t pin you down
What’s going on in that beautiful mind
I’m on your magical mystery ride
And i’m so dizzy, don’t know what hit me, but i’ll be alright
My head’s under water
But i’m breathing fine
You’re crazy and i’m out of my mind
‘Cause all of me
Loves all of you
Love your curves and all your edges
All your perfect imperfections
Give your all to me
I’ll give my all to you
You’re my end and my begining
Even when i lose i’m winning
‘Cause i give you all of me
And you give me all of you, oh
How many times do i have to tell you
Even when you’re crying you’re beautiful too
The world is beating you down, i’m around through every mood
You’re my downfall, you’re my muse
My worst distraction, it’s ringing in my head for you
Give me all of you
Cards on the table, we’re both showing hearts
Risking it all, though it’s hard
‘Cause all of me
Loves all of you
*
Kami memasuki pekarangan yang cukup luas, setelah aku turun dari motor Tora ku perhatikan bangunan yang ada di depanku. Aku terpaku di tempatku, gugup, ragu, dan yang pasti deg-deg-an. Aku sudah terbiasa keluar masuk rumah Andre tanpa canggung, tapi ini rumah Tora dan dia mau memperkenalkan aku dengan orangtuanya. Dan bedanya Andre dengan Tora adalah, Tora bukan temanku, dia pacarku. Aku tidak tahu apa yang akan aku jawab nanti jika Mama Tora bertanya banyak tentang aku, apakah dia akan menyukaiku dan menerimaku dengan baik sebagai pacar anaknya? Ah aku tidak tahu bagaimana nanti.
Menurutku, beda antara gay discreet dengan gay yang sudah coming out adalah: jika gay yang discreet, saat mereka pergi ke rumah pacarnya, mereka tidak akan meresa gugup karena orang tua mereka akan berfikir bahwa mereka hanya sekedar teman, jadi mereka tidak perlu merasa gugup saat bertemu dengan orang tua pacar mereka. Sedangkan gay yang sudah coming out sama seperti pasangan normal menurutku, walaupun orang di sekitar mereka sudah tahu kondisi mereka, tapi mereka akan merasa gugup jika pertama kali bertemu dengan orang tua pasangannya, takut tidak di sukai, takut di jutekin, atau takut di minta berhenti menemui putranya karena mereka sudah menjodohkan anaknya dengan pria lain yang sama-sama gay juga yang menurut mereka lebih baik dari dirimu, atau apalah apalah lainnya. Dan yang aku tahu saat ini aku sangat gugup dan sedikit parno.
Jika kalian tidak setuju dengan statementku ini tolong jangan marah padaku karena aku hanyalah seseorang yang sangat gugup saat ini, yang tiba-tiba langsung saja memikirkan hal yang nggak jelas tersebut. Apakah mamanya Tora sama seperti dirinya bersikap kaku, dingin, beku seperti es? Ah sudahlah, lebih baik aku buang semua pikiran-pikiran anehku dan berdo’a semoga mamanya Tora adalah wanita yang ramah dan menyenangkan, dan yang pastinya semoga dia bisa menerima aku sebagai pacar anaknya.
“Kenapa melamun?” Tanya Tora mengagetkanku dari lamunan anehku.
“Ah tidak..a..aku takut.” Jawabku terbata. Dia merangkulku dan mengajakku masuk ke dalam rumahnya.
“Gak usah takut, Mama orangnya menyenangkan kok.” Ucapnya menenangkanku.
Aku berjalan di sampingnya memasuki rumah yang cukup besar ini. Sesampainya di ruang tengah aku melihat seorang wanita duduk di depan televisi sedang menonton film India, yang ku pastikan wanita itu adalah mamanya. Tora berjalan terus mendekati mamanya, aku mengikutinya dengan perasaan yang semakin tak karuan, jantungku berdetak sangat kencang. Grogi.
“Ma...kenalkan ini Andri.” Tora memperkenalkan aku kepada mamanya. Mamanya menoleh sejenak ke arahku, lalu tersenyum ramah, tapi aku masih saja deg-deg an. Aku menyalami mamanya dan membalas senyumannya mencoba menutupi kegugupanku.
“Andri tante..” Ucapku sesopan mungkin.
“Ini yang ada di kamar kamu kan Tora?” Tanya mamanya dengan antusias. Yang ada di kamar Tora? Maksudnya siapa yang ada di kamar Tora? Aku baru pertama kali ke sini, aku jadi bingung dengan perkataan mamanya Tora. Ku lihat Tora tersenyum kepada mamanya. “Waah ternyata kamu sangat imut...ayo silahkan duduk sayang,” kata mamanya lagi setelah membelai pipiku dengan lembut kemudian menarik tanganku untuk duduk.
“Iya tante.” Balasku singkat lalu mengikuti duduk di sampingnya.
“Oh ya sayang, kamu coba cek lampu di kamar mandi Mama donk, dari tadi nggak bisa nyala. Andri biar Mama yang nemanin di sini, Mama mau ngobrol-ngobrol sama pacar kamu ini.” Kata mamanya menoleh kepada Tora.
Deg!
Tora bilang mamanya belum tahu tentang kami, tapi barusan mamanya bilang mau ngobrol dengan pacar Tora. Atau jangan-jangan mamanya sudah mengetahui hubungan kami tapi Tora membohongiku dengan mengatakan kalau dia belum memberitahu mamanya. Aku harus menanyakan hal ini padanya nanti.
“Baiklah.” Kata Tora singkat kemudian dia berlalu meninggalkanku bersama mamanya di ruang tengah ini. Aku menarik nafas pelan dan mencoba bersikap tenang. Ku lihat seorang perempuan setengah baya membawakan minuman untuk kami.
“Terima kasih Nur,” kata mamanya yang di balas dengan anggukan sopan dari Mbak yang di panggil Nur tadi. “Kalian sudah berapa lama pacaran?” Tanya Mamanya seraya tersenyum lembut kepadaku dan mempersilahkan aku untuk minum.
“Belum lama tante.” Aku menjawab pertanyaan Mamanya dengan sopan dan menyeruput minumanku. Sekarang aku sudah bisa mengendalikan kegugupanku karena sikap Mama Tora yang hangat. Ternyata tidak seperti yang aku bayangkan, mamanya sangat lembut dan ramah.
“Apa Andri nyaman bersama anak tante?” Mamanya masih menatapku dengan lembut seperti tatapan seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya.
“Tora selalu membuat Andri merasa nyaman saat berada di dekat dia tante.” jawabku sambil tersenyum simpul menatapnya.
“Syukurlah Nak Andri merasa nyaman bersama Tora, tante senang mendengarnya.” Katanya dengan wajah yang cerah. ”Tora itu orangnya sangat kaku, dia posesif dan over protektif terhadap orang yang di sayanginya. Di tambah setelah kematian teman dekatnya dia menjadi tambah over protektif.” Mamanya masih tersenyum tapi kali ini di balik senyumannya seperti tersimpan sebuah kesedihan. Dan tadi mamanya bilang setelah kematian temannya dia jadi tambah over protektif, sepertinya karena hal tersebut mamanya jadi sedih.
“Kalau boleh Andri tahu kapan temannya meninggal tante?” Ku beranikan diri bertanya kepada mamanya Tora. Beliau menarik nafas sebentar lalu mulai bercerita kepadaku.
“Satu tahun yang lalu.” Jawabnya. “Tora dan Diah berteman dari kecil, dia tinggal di sebelah rumah kami di Bandung.” Mamanya mulai bercerita tentang teman Tora yang bernama Diah. “Diah adalah gadis yang periang, dia selalu bisa membuat Tora tersenyum dengan tingkahnya yang lucu. Karena Tora anak bungsu jadi dia menganggap Diah seperti adiknya sendiri, begitupun sebaliknya, Diah juga sudah menganggap Tora seperti kakaknya sendiri karena dia tidak punya saudara cowok. Kemana-mana mereka selalu berdua bahkan mereka masuk ke sekolah yang sama, Tora selalu mengantar kemanapun Diah pergi. Diah hanya boleh berteman dengan cewek saja dan itu tidak membuat Diah merasa di kekang. Jika ada cowok yang iseng menggodanya, Tora langsung memukul cowok tersebut.
Hari itu Diah meminta Tora untuk menemaninya ke toko buku tapi Tora menolak karena dia ada janji dengan pacarnya. Tora sudah bilang akan menemani Diah besoknya tapi Diah tetap pergi sendiri. Saat berada di depan sebuah mall bersama pacarnya, dari jauh dia melihat Diah di ganggu oleh dua orang pria, saat dia ingin manghampiri dan ingin menolong Diah, dia melihat Diah menepis tangan salah seorang pria yang mengganggunya itu dan berlari dengan ketakutan. Tora sudah memanggil tapi Diah tidak mendengar panggilannya, dia terus berlari hingga sebuah mobil menabraknya. Selama satu minggu Diah terbaring koma di rumah sakit hingga akhirnya dia sadar, tapi sehari setelah sadar dia meninggal. Tora sangat terpukul dan merasa bersalah atas kepergian Diah, walaupun tante dan keluarga Diah sudah mengatakan itu bukan salah Tora tapi dia tetap menyalahkan dirinya karena tidak mengantarkan Diah waktu itu. Setelah kejadian itu Tora menjadi tambah over protektif kepada tante bahkan kepada pacarnya, tapi pacarnya jadi marah, tidak tahan dengan sikap Tora tersebut, lalu memutuskan hubungan dengan Tora. Setelah kenaikan kelas Tante membawa Tora pindah ke sini.” Mama Tora mengakhiri ceritanya dengan mata berkaca-kaca.
“Maafkan Andri tante sudah membuat tante sedih.” Aku menundukan wajahku merasa bersalah.
“Tidak apa-apa, tante baik-baik saja kok,” katanya sambil tersenyum dan menyentuh tanganku. “Oh ya, Nak Andri belum makan siang kan? Tante sudah masak, kita makan bareng ya?” Katanya mengajakku makan siang.
“Iya tante,” ucapku mengangguk sungkan. Tak lama aku melihat Tora berjalan mendekati kami, sepertinya dia sekalian mandi karena dia sudah berganti pakaian dan terlihat segar. Pantas saja dia agak lama, namun mataku tak pernah lepas menatapnya.
*
Aku menjatuhkan pantatku di sisi tempat tidur Tora dan memandang tak percaya pada kamarnya, aku melihat ada beberapa foto terpajang di dinding, meja belajar dan di meja kecil yang terletak di samping tempat tidurnya. Mungkin ini yang dimaksud Mama Tora, orang yang ada di kamar Tora, yaitu fotoku. Aku tak menyangka dia memajang beberapa fotoku di kamarnya. Aku memandang wajahnya, dia membalasnya dengan tersenyum.
“Apa ini yang dimaksud mamamu, orang yang ada di kamarmu?” Aku bertanya sambil mengambil fotoku yang ada di atas meja kecil.
“Kamu suka?” Dia balik bertanya tanpa menjawab pertanyaanku.
“Jujur aku cukup kaget melihat beberapa fotoku yang terpajang di dalam kamarmu ini, dan sejak kapan kamu mengambil foto-fotoku ini?” Tanyaku lagi meminta penjelasan darinya karena aku sendiri tidak memiliki foto-foto tersebut. Dia mendekat ke arahku kemudian duduk di sampingku.
“Sejak pertama kali aku masuk ke sekolah,” jawabnya.
“Hah.! Sejak pertama masuk kamu diam-diam mengambil fotoku?” Kataku sedikit kaget mendengar jawabannya. “Itu namanya penguntit Tora.” Dengusku, ku lihat dia tersenyum mendengar perkataanku. Tapi aku heran kapan dia mengambil fotoku, dia yang sejak pertama masuk ke kelas kami tidak pernah bicara pada siapapun, dia selalu menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan, atau lebih memilih membaca buku di kelas sendirian. Dan sekarang aku melihat pemandangan ini.
“Kamu suka?” Katanya mengulang lagi pertanyaannya.
“Aku...aku...” Aku tak melanjutkan kata-kataku, hanya meneruskannya dengan anggukan kepalaku.
“Aku sangat suka yang ini,” katanya sambil menunjuk foto yang aku pegang. Di dalamnya aku sedang menopang wajahku pada tanganku yang terlipat di atas meja, di sana aku sedang tidur menghadap ke arahnya.
Bagaimana dia bisa suka dengan foto seperti ini, aku saja tidak suka. Dia tersenyum lagi kemudian mendekatkan wajahnya ke wajahku, jantungku berdetak tak karuan lagi setelah wajahnya cukup dekat dengan wajahku.
Kurasakan sebuah benda lembut menyentuh bibirku, aku hanya diam mendapatkan sebuah ciuman lagi darinya. Dia melepaskan ciumannya dan menatapku lembut, aku masih diam menatapnya. Lagi, dia melakukannya, cukup lama dia melumat bibirku hingga akhirnya akupun membalas ciumannya.
Aku mengatur nafasku setelah ciuman tadi, dia mengusap wajahku lembut dan memainkan jarinya di wajahku.
“Sebaiknya kamu mandi di sini saja, aku mau mengajakmu nonton dulu sebelum pulang,” ucapnya sambil berjalan menuju lemari pakaiannya, mencari pakaian yang pas denganku.
“Baiklah.” Aku tersenyum sambil menerima sebuah handuk dan pakaian yang di ambilkannya tadi. “Oh ya kenapa kamu bilang, kalau kamu belum memberitahu mamamu tentang kita? Padahal dia sudah tahu,” tanyaku meminta penjelasan.
“Mungkin karena aku membawamu ke sini, jadi Mama langsung menebak kalau kamu pacarku,” katanya santai.
Mendengar cerita Mamanya Tora tadi siang membuat aku mulai memahami sikap Tora. Dia seperti itu karena ingin menjaga orang yang di sayanginya. Jika ada cowok yang mengajakku berkenalan, dia akan langsung menatap cowok itu dengan tatapan marah penuh emosi lalu menarikku meninggalkan cowok tersebut, setelah sebelumnya memukul cowok itu. Aku ingat, saat itu aku mencuci tangan setelah buang air kecil di toilet sebuah Mall. Seorang cowok yang saat itu juga melakukan hal yang sama denganku, mengajakku ngobrol dan berkenalan. Kami berjabat tangan saling memperkenalkan diri. Tora yang sebelumnya menunggu di luar, masuk ke dalam. Dia yang melihat kami berjabatan tangan langsung memukul cowok tersebut dan menarikku, aku menjelaskan padanya kalau cowok itu hanya mengajakku berkenalan, tapi dengan dingin dia berkata kalau dia tidak menyukai tatapan cowok tersebut, ckckck.
Kebanyakan orang mungkin tidak suka jika pasangannya bersikap seperti yang di lakukan Tora. Tapi bagiku itu adalah cara dia mencintaiku dan aku tidak mempermasalahkannya. Tapi untuk teman-temanku, mungkin aku harus memberikan pengertian kepada Tora kalau aku dengan Andre dan yang lainnya hanya berteman dan mereka memang selalu bercanda seperti itu kepadaku.
Kupandangi baju yang ku pakai, ah rasanya aku nggak mau mengembalikan pakaian ini biar bisa ku simpan dengan baik di lemariku dan memeluknya jika tiba-tiba aku kangen dia, tapi aku harus mengembalikan pakaiannya. Tidak sopan jika aku menyimpan pakaiannya tanpa izin darinya. Ku hempaskan tubuhku ke atas tempat tidurku, ku keluarkan hp dari saku celana yang ku pakai, memandang foto kami berdua yang baru saja kami ambil tadi sore, ku perhatikan wajahnya, senyuman yang sangat aku sukai karena dia tidak terlihat seperti vampir jika tersenyum hehehe. Aku juga sangat senang hari ini, bersama dengannya, bertemu mamanya yang sangat baik dan menerima aku yang berpacaran dengan anaknya, pertama kali mengenakan pakaiannya, pertama kali masuk kamarnya dan melihat beberapa fotoku yang terpajang di kamarnya. Fuuffhhh Tora, aku tak menyangka akan secinta ini padamu. Sebelum memejamkan mata ku cium wajahnya yang ada di dalam hp-ku. Aku sangat lelah dan harus istirahat karena besok aku harus sekolah.
Oh y titip ketjup buat Tora y..., dri Aurora *eh?
Kwkwkw
tora bilang kecup balik, sepertinya darahmu segar katanya xixixi
@okki sippo..
@LostFaro matinya tora? dia kan vampir, jadi gak bisa mati :v