It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Sialan banget sih si Didit, udah di bilangin jangan tertawa eh... Malah tertawa kayak orang kesurupan. Huuufftt... Gini nih kalo punya teman stress, bawaannya makan hati mulu. Hhmmmm...
Flash back
"Di... Didit tau ga, gimana rasanya jatuh ciiin..ta?? Ucapku sambil menunduk malu. Entah mengapa aku punya keberanian untuk menanyakan hal tersebut. Aku gemeteran, nafasku terasa sesak. Perlahan ku atur nafasku agar kembali menjadi normal. Ku tunggu reaksi darinya. Apa yang akan dia katakan? Apakah dia menyadari sikap anehku kepada Puding? Ahhh... Semoga saja dia bisa memberiku jawaban yang bisa membuatku tenang.
"jatuh cinta?" pertanyaan didit ku jawab dengan anggukan kecil.
Tiba-tiba Didit tertawa terbahak bahak membuatku menjadi geram. Suaranya yang ngebass itu sangat memuakkan di gendang telingaku. Aku bangkit dari tempat dudukku, lalu segera ku raih kepalanya dengan tangan kiriku dan ku tempelkan wajahnya di ketiakku yang belum ada bulunya. Spontan saja hidungnya mencium aroma ketiakku. Sayang aku udah habis mandi jadi aromanya udah fresh, coba kalo belum pasti tuh anak sudah pingsan. Hahaha...
Didit terus berusaha melepaskan diri dengan berontak, tapi usahanya sia sia. Tubuhnya yang lebih tinggi dariku dengan badan besar, padat itu kalah denganku yang berbadan kurus dan terkesan lemah. Mungkin karena emosi, jadi kekuatanku meningkat sepuluh kali lipat. Hehehe...
"Kamu udah janji, ga bakal ketawain aku kan?" sahutku geram sambil terus menguncinya dan menjitak kepalanya dengan tangan kananku.
"Aduuhhh... Lepasin Land, sakiiiitt!" suaranya sumbang tertahan oleh ketiakku.
"Ga mau!"
"Ga bisa nafas."
"Bodoh amat."
"Aku bisa mati."
"Biarin!"
"Jahaat!"
"Siapa suruh ingkar janji, ha?"
"..."
Beberapa saat berlalu, tak ada lagi perlawanan darinya. Diam.
"Dit?" sahutku dengan tangan masih mengunci wajahnya.
"Didit?" sambungku. Aku harus berhati hati, bisa sajakan ini cuma tipuannya. Dia masih saja diam. Kurebahkan tubuhnya di pinggir kasur ku sambil berkali -kali memanggilnya, mengguncang tubuhnya tapi tak ada respon sedikitpun. Ku dekatkan jari telunjukku ke hidungnya, memastikan apakah dia masih bernyawa? Syukurlah... Nafasnya masih ada, lega rasanya. Aku cemas, takut didit tak kunjung sadar. Aku segera bangkit untuk mencari minyak angin, tapi tiba-tiba tangan kiriku di pegang erat oleh seseorang. Aku menoleh kearah tangan tersebut yang ternyata adalah tangan Didit. Aku terkejut ketika Didit menarik tanganku, otomatis keseimbanganku goyang sehingga membuatku terjatuh diatas tubuhnya. Belum sempat ku kuasai tubuhku, tiba-tiba ia bangkit dan menindihku. Sekarang posisinya aku yang berada dibawah. Mata kami bertemu saling bertatapan, wajahnya sangat dekat. Aku bisa merasakan deru nafasnya dan detakan jantungnya yang cepat. Tangannya menggenggam erat kedua pergelangan tanganku, badannya yang lumayan berbentuk untuk ukuran anak sekolah terus saja menindihku.
"Di.. Didit..." desisku.
To be Continue
Lanjuuut! :-)
tunggu aja lanjutan'y yach.
Makasih udah mampir. :-)
@Tsu_no_YanYan : aku juga ga tau ,,
tanya Didit aja deh. :-)
Hehe :-)
lagi mau bantuin sodara masak buat buka puasa.
Hehe :-)
oya ...
Selamat menjalankan ibadah puasa yach,
bagi yang menjalankan.
Semoga kuat ampe maghrib.
Aamiin. :-)