"Kamu di pecat!" Bos berteriak
tepat didepan wajah ku.
"Ta tapi pak, saya salah apa?"
"Kamu ini ga sadar juga? Kamu
sering telat berangkat kerja.
Memangnya kamu pikir ini
tempat kerja nenek moyang
mu hah!
"Ta tapi pak, saya telat kan
karna harus bekerja
mengantar koran pak"
"Itu alasan kamu saja! Saya
sudah berikan kamu kesempatan tapi selalu kamu
ulangi. Sekarang keluar dari
sini dan jangan pernah datang
lagi!" aku menunduk dan
berjalan keluar dari ruangan
ini, memang salah ku selalu
datang terlambat tapi kan
aku begitu karna ada alasannya.
Aku bekerja membanting tulang
pun ini semua demi orang tua
ku di kampung. Hidup di
kota besar memang sulit.
"Kamu kenapa Ra?" sebuah
suara sontak mengagetkan ku.
"Eh, kamu Yos? Bikin kaget ja"
dia ini yoshi teman ku di
tempat ku bekerja eh maksud
ku mantan tempat bekerja.
"Kamu dimarahi bos lagi ya?"
tanyanya. Aku mengangguk
sedih. Yoshi mendekat dan
merangkul pundak ku.
"Aku kan sudah bilang Ra,
kamu berhenti saja bekerja
jadi pengantar koran"
"Aku gak bisa Yos, kalau aku
berhenti dari pekerjaan itu
aku makan apa nanti di kos"
"Setelah di pecat aku juga
bingung Yos, harus bayar pake
apa untuk bayar uang kos"
"Bahkan untuk mengirimi
uang ke kempung bulan ini
pun gak ada" aku melamun.
Yoshi mengeratkan rangkulannya di pundak ku.
"Kamu tinggal di kostan ku
ja Ra"
"Eh? Ga usah Yos. Aku ga mau
repotin kamu" aku menggelengkan kepala ku
cepat, aku tidak mau merepotkan dia, yoshi ini sudah
terlalu banyak membantu ku.
"Aku ga repot ko Ra, malah
aku merasa ga berguna jika
melihat sahabat ku sendiri
susah"
"Tapi Yos..."
"Sstt.. Udah" yoshi meletakkan
jarinya di depan bibir ku.
"Kamu bereskan barang barang
mu di kost, dan pindahkan
ke tempat ku oke" ucapnya
dengan senyuman tulus.
"Yoshi, Terima kasih" aku
memeluknya erat dan
mengucapkan terima kasih ku
berulang ulang, dia memang
lelaki yang baik terlalu
baik. Dia selalu ada saat aku
benara benar terpuruk dan
selalu menyemangati ku jika
aku sedang ada masalah.
"Oya ini kunci kosan ku kamu
pegang saja dulu" Yoshi
memberikan ku satu kunci
kosannya, aku hanya menatapnya dan mengangguk.
"Kamu pulang jam berapa?"
"Aku pulang jam tiga sore,
jangan kamu kunci ya pintunya
aku ga punya kunci cadangan"
"Iya, nanti aku sekalian
beres beres tempat mu tidak
apa kan?" Yoshi hanya tertawa
dan mengusap kepala ku.
"Iya, sudah sanah aku mau
kerja lagi. Hati hati dijalan"
"Iya" mulai hari ini aku akan
tinggal berdua dengan teman
baik ku, seperti apa ya hidup
bersama dengan yoshi. Aku
menumpang pun harus mulai
mencari pekerjaan baru lagi
selain mengantar koran.
"Semangat!" ucap ku riang.
Comments
@semua, @Fazlan_Farizi
ini cerita kedua ku, mohon
sarannya.. Arigatou..
Lanjut lg yak!
gak ada kaitannya sama cerita
satunya bang..
Ini yang lain ko..
yoshi dan masuk kedalam
ruangan minimalis ini, tempatnya nyaman isi kamar
pun rapih, aku melihat banyak
poster yang tertempel di
dinding dan melihat satu kasur
besar yang muat untuk di
tempati dua orang.
"Hmm, disini bersih sekali"
aku membuang wajah ku
ke arah buffet dan di atasnya
ada sebuah bingkai foto.
Foto Yoshi bersama seorang
lelaki? Ini seperti foto lama.
"Ini Yoshi bersama dengan
siapa?" aku memperhatikan
kedua orang yang ada di dalam
foto tersebut dan mengelus
lembut sosok Yoshi yang sedang tertawa lepas.
"Tampan.." ucapku pelan.
Aku memukul kepala ku dan
menaruh kembali bingkai
foto itu di tempatnya semula.
"Uuh, aku berpikiran Yoshi
itu tampan? Sejak kapan aku
mulai menyukai sosok laki
laki?" aku menaruh tas besar
ku dia atas kasur dan mulai
merapihkan semua isinya.
Aku melipat baju dan beberapa
helai celana yang ku punya.
Aku mengambil gantungan
kecil yang bergambar anime
naruto, dan beberapa buku
komik koleksi ku.
"Hmm, kira kira aku taruh
dimana ya komik ini?"
Yap betul aku ini penggila
anime naruto dan ada
beberapa barang yang ku
koleksikan sebagai barang
pribadi yang wajib aku bawa
kemana pun ya seperti
gantungan kecil yang ku
pegang ini. Aku menaruhnya
setumpuk komik disamping
bingkai foto.
"Sekarang jam berapa" aku
menengok jam dinding yang
menunjukan pukul dua sore.
"Ah, satu jam lagi yoshi
pulang. Aku buatkan masakan
dulu" aku pergi ke arah dapur
kecil di samping kamar dan
mulai memasak untuk yoshi
pulang nanti.
********
Satu jam kemudian..........
Tok Tok Tok..
Aku mendengar suara ketukan
pintu, aku bangkit dan membuka pintu.
"Yoshi.." aku tersenyum kecil
dan membuka pintu lebar
lebar membiarkan yoshi masuk
kedalam.
"Bagaimana? Kamu betahkan
disini?"
"Hehe betah ko tempatnya
nyaman"
"Syukurlah" jawabnya dengan
senyuman tipis matanya begitu
teduh dan bibirnya yang merah
seakan merekah saat dia
tertawa atau tersenyum.
"Kenapa?" dia menepuk pundak
ku saat aku sedang asyik
memandang wajahnya.
"Tidak apa, ini minumlah dulu
kamu pasti capek" aku
memberinya satu gelas air
putih dingin.
"Kamu lapar tidak?" yoshi
hanya mengangguk dan
meminum airnya, yoshi
mengembalikan gelas yang
sudah kosong pada ku dan
ku taruh kembali.
"Aku sudah masak sayur lodeh
kesukaan kamu tuh" aku
hanya nyengir dan di pun
tertawa kecil.
"Wah berasa punya istri haha"
"Eh??" aku kaget dengan kata
katanya.
"Ya biasanya kan setiap aku
pulang kerja selalu cari makan
sendiri paling males masak
jadi yang instan ja, tapi
sekarang beda karna ada kamu
yang masakin" dia menunjuk
wajahku dengan sendok yang
dia acungkan kepada ku.
"Aku laki laki yoshi bukan
perempuan" ucap ku kesal.
"Tapi kamu paling jago masak"
"Biasa saja menurutku"
"Merendah, coba kamu cicip"
Yoshi mengangkat sendok
yang berisi sayur lodeh, dan
menyuapkannya pada ku.
Aku menggelengkan kepala
ku cepat.
"Loh? Kenapa?" tanyanya
bingung.
"Aku bisa makan sendiri"
"Haha, gpp lah itung itung
ucapan terima kasih karna
sudah masakin buat aku"
"Ayo aaa.." aku membuka
mulut ku dan memakan
suapan pertama yoshi pada
ku. Yoshi menatapku jail.
"Bagaimana?" tanyanya.
"Enak" ucapku pelan dengan
wajah memerah, Yoshi
hanya tersenyum dan mulai
melanjutkan makannya kembali.
yang penuh dengan makanan.
"Uft... Kenyang" Yoshi menghela
nafas berat dan merebahkan
diri beralaskan kasur lantai.
"Kamu makan sampai habis
semua sayurnya" aku menatap
tragis mangkuk besar yang
sudah kosong.
"Masakan kamu selalu enak"
Yoshi menowel dagu ku dan
terkikik sebentar.
"Huh..." aku mengusap usap
toelannya di dagu ku.
"Kamu kenapa makan sedikit
tadi? Ga lapar ya?"
"Errr... Itu aku keburu kenyang"
aku mengalihkan mata ku
ke arah lain. Yoshi menyipitkan
kedua matanya yang memang
sipit.
"Bohong" serunya seraya
mendekatkan wajahnya
kepada ku. Aku hanya diam
tangan ku berkeringat.
"Aku ga bohong"
"Ketauan ko kamu bohong.
Lihat saja tangan mu penuh
dengan keringat" dia menarik
tangan ku dan menunjukkannya
pada ku.
"Itu kebiasaan mu Sya, kamu
ga akan bisa berbohong"
"Kamu selalu tau aku ini
berbohong atau tidak"
aku memanyunkan bibir ku.
"Haha pastilah aku tau
Rasya Ferlinno" dia mengeja
nama ku dengan lengkap.
"Ga perlu pake nama lengkap
begitu OSHI!"
"Loh kenapa kamu sebut nama
itu lagi sih, itu kan nama
panggilan kamu dulu sama
aku"
"Haha, biar. Kamu rese sih"
"Dasar Asya!"
"Loh? Kamu kenapa sebut
nama itu juga sih. Aku kan
gak suka Oshi"
"Sudah terima saja" Yoshi
terkekeh pelan. Aku melempar
bantal ke arah wajahnya dann
tepat mengenai wajahnya.
"Hey kenapa kamu lempar
bantal ke wajah ku" tanyanya
tak terima. Aku mengedikkan
kedua bahu ku dan kembali
melemparkan bantal ke arah
wajahnya. Kami terus saja
melempar bantal ke seluruh
penjuru ruangan ini. Kami
berdua terengah engah dan
beristirahat.
"Hah hah hah udah Sya..."
"Ok Shi, capek" Oshi dan Asya
adalah nama panggilan
kesayangan kami berdua ya
mungkin untuk ukuran sahabat
diantara lelaki itu aneh, tapi
buat kami itu semua tidak
begitu di pikirkan asalkan
masih saling merasa nyaman
dengan panggilan itu.
pekerjaan baru lagi?"
"Iya.. Aku gak tidak mau terlalu
membebankan kamu"
"Aku gak merasa terbebani
Sya"
"Iya itu kamu Shi, beda lagi
dengan ku" aku memeluk
bantal yang berada dekat
dalam jangkauan ku saja.
"Tapi aku benar benar tidak
seperti itu Sya" Yoshi meletakkan kepalanya di
sisi bantal yang ku peluk.
"Uhh. Kamu terlalu baik"
aku menatapnya lembut.
"Kamu sahabat aku Sya, jadi
jangan merasa canggung dengan ku" dia menggenggam
tangan ku lembut.
"Aku janji akan membayar
semuanya" Yoshi menatap ku
tajam.
"Tidak usah Sya!"
"Tapi kan Shi hmphh" Yoshi
membekap mulutku dengan
tangannya.
"Sudah, tidak usah kamu
pikirkan. Aku ikhlas membantu
mu aku juga tidak mengharapkan balasannya"
"Kamu makan sedikit juga
pasti karna alasan itu kan"
tebaknya kepada ku.
"Umm.. Iya" aku menunduk.
"Haha sudahlah, kamu ga
perlu pura pura di depan ku
Sya. Aku ini buakn orang lain
lagi buat mu" dia tertawa.
"Tetap saja aku ga enak sama
kamu Shi" Yoshi memeluk ku
dan mengusap punggung ku.
"Sahabat itu selalu ada saat
temannya sedang dalam
masalah Sya, aku disini ya
buat membantu mu jadi jangan
sungkan lah"
"Aku ga tau harus apa lagi
kalau kamu gak ada Shi"
aku terisak pelan, dan membalas pelukannya.
"Menangis saja Sya, jika itu
bisa membuat mu tenang"
Yoshi mengusap kepala ku
dan tangisan ku pecah saat
itu juga. Aku tak peduli
jika orang orang menganggap
ku cengeng atau manja
buat ku saat ini aku butuh
tempat untuk bersandar
melupakan sesaat kepenatan
dalam masalah hidup.
@Henry_13, @Marukochan,
@semua
@obay, @adysamuel, @Rez1
maaf deh, kebiasaan itu... Haha
Thanks bang, yang ini emang
gak ada prolognya sengaja..
Hehe
Aku menghapus bekas ingus
ku ke baju yang di pakai
Yoshi, aku meneruskan tangisan ku kembali, Yoshi memukul
kepala ku pelan.
TUK...
"Aduh..." ringis ku dengan
memegang atas kepala ku.
"Kenapa aku di pukul?"
"Kamu jorok Sya, lap ingus
mu kenapa ke baju ku"
Yoshi memandang jijik lendir
putih yang menempel di
bagian bahunya. Kemudian
dia membuka kemejanya dan
menyisakan dirinya hanya
dalam balutan kaus singlet
putih. Aku melototkan mata
ku bulat bulat memandang
pemandangan indah yang
tersaji di depan ku.
"Hei..." Yoshi mengibas ngibaskan tangan di depan
wajah ku.
"Eh... Iya?" jawab ku kaget.
"Malah bengong. Liatin badan
ku bagus ya? Haha" dia hanya
tertawa, aku menjulurkan lidah ku pura pura muntah.
"Bweekk.. Badan kerempeng
begitu mana bagusnya.."
ucapku meledek, Yoshi tertawa
mendengar kejujuran ku.
"Sirik tanda tak mampu"
serunya.
"Yehh, aku gak sirik ya"
"Sirik... Sirik" ujarnya berulang
ulang. Aku menyipitkan mata
dan melipat kedua tangan di
dada.
"Aku gak sirik Oshi!" aku
memukul bahunya tapi dia
tetap tertawa bahkan sampai
menggulingkan tubuhnya
kesana kemari. Aku yang kesal
dengan tingkahnya pun
akhirnya aku hantam tubuhnya
dan ku tindih dia, aku
memiting kepalanya ke ketiak
bawah ku. Dia pura pura tidak
bisa bernafas padahal jepitan
ku pada lehernya tidak terlalu
kuat dia ini memang suka
berlebihan.
"Ampun gak!" tanya ku dengan
suara mengancam.
"Hahaha, iya iya ampun
bang" Yoshi menepuk nepuk
lantai karna pitingan ku
semakin kuat.
"Bilang maaf dulu, baru aku
lepas"
"Males, aku gak salah"
"Ehh, ga akan aku lepas
nih" ancam ku, Yoshi menyeringai kecil dan menggeliatkan tubuhnya
ke sana kemari. Badannya
yang memang lebih besar
dari ku berhasil membuat ku
tumbang dan jatuh ke lantai.
BRUGHH....
Sekarang giliran tubuh ku
yang terlentang di lantai dan
tertindih oleh badan Yoshi
di atas ku.
"Argghh.. Kamu curang Oshi"
aku memukul dadanya dan
berusaha menyingkirkan
tubuhnya dari atas tubuh ku.
Tapi dia malah tertawa dan
menahan kedua pergelangan
tangan ku di atas kepala.
Tiba tiba tawa Yoshi berhenti
suasana yang tadinya riuh
oleh candaan kami menjadi
hening mengingat posisi
kami yang ganjil saat ini.
Mata ku dan matanya saling
memandang lekat, wajah kami
pun hanya berjarak beberapa
senti saja. Pegangan tangannya
Yoshi pada pergelangan tangan
ku semakin kuat.
Aku mengedipkan mata ku
dan membalas pandangan
matanya yang seolah menghipnotisku dari jarak
sedekat ini. Deru nafasnya yang
menguar begitu hangat
menyapu seluruh wajah ku
dan berat badannya yang
menimpa badan ku sedikit
membuat dedek ku yang
berada di bawah perut ku
terbangun dari tidurnya.
Sama halnya dengan ku
ada sesuatu yang mengganjal
benda keras yang berdiri
kokoh menyenggol bawah
perut ku. Jangan jangan
punyanya ikut terbangun?
Gawat....
Hoshitachi ga hora matataieru.
Kono hoshi no hitotachi mitai
ni.
Samazama na hikari wo hanatte.
Sou dakara boku mo.
Hitokiwa kagayaite itain da.
Nagareboshi ni yume wo
takushite.
(Nagareboshi - Home Made Kazoku)
********
Suara dering telphone mengagetkan ku dan Yoshi,
dia menatap ku dalam diam.
Dia menghela nafas kecil dan
bangkit berdiri. Yoshi melangkah mendekat ke atas
meja kecil dan mengambil
handphonenya yang sejak tadi
berdering tanpa henti.
Dia menekan tombol hijau
dan mengangkat telphone
aku melihatnya dari kejauhan
memandang wajahnya yang
serius berbicara dengan
seseorang di seberang sana.
KLIK.. Yoshi menutup telphone
dan kemudian menatap ku
lama. Dia mendekati ku
perlahan dan memegang
bahu ku.
"Ada apa?" tanya ku.
"Tadi teman ku menelephone
dan menanyakan ada lowongan
pekerjaan di tempatnya bekerja
dia bilang butuh dua orang lagi
disana" jelasnya cepat.
"Be benarkah?" tanya ku tak
percaya, dia mengangguk dan
tersenyum. Aku memeluk
tubuhnya erat.
"Terima kasih" ucapku. Dia
membalas pelukan ku dan
menepuk punggung ku.
"Sama sama" dia melepaskan
pelukan ku dan menatap ku.
"Tapi kamu jangan malas
malasan ya bekerja disana"
"Tentu!" ucap ku riang.
"Minggu depan kamu sudah
boleh memulai bekerja disana"
ucapnya tenang.
"Loh? Tapi kan aku belum
memberikan persyaratan
lamaran kerjanya Shi"
tanya ku bingung.
"Sudahlah tidak usah terlalu
formal, ini sangat genting
karna dia benar benar sedang
membutuhkan pegawai"
aku hanya mengangguk mengerti.
"Memang pekerjaannya apa?"
tanya ku.
"Pelayan Resto, bagaimana?"
"Umm.. Iya aku mau hehe"
aku tersenyum kecil, lalu
menggenggam tangannya.
"Terima kasih ya"
"Iya... Asal gajian pertama nanti
aku di traktir makan ya"
serunya dengan tawa yang
membuat matanya semakin
terlihat sipit. Aku manyun
dan memukul bahunya.
"Dasar..." ya tapi aku pun
ikut tertawa melihatnya
begitu lepas saat tersenyum.