It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Padahal gw cuman penikmat cerita gak bisa kasi wejangan
@dandykuerentz hehe, ga apa kok. makasih ka udh mau baca
@kurokuro oke, makasih ka udh mau baca
Jgn sampe putus ditengah jalan ni cerita
@dandykuerentz amin, smoga mood nulisnya tetep terjaga, dan juga dri respon pembacanya.
tpi, pasti diusahain kok
@secangkir_teh hahaha, sebenarnya bukan. tpi mungkin awalnya aja kali ya,
Kebawa suasana nulisnya, Hehe
eh lu klas brpa @LittleBro ?
eh lu klas brpa @LittleBro ?
Untuk sementara msi agak flat ya..mungkin karna msi awal..
Gimme surprise bocah.. :-)
Saya lagi banyak garapan, komennya ntar ajah.
tetap semangat yaaaauuuu..
@faisalits_ ga bisa lagi, udah basi ka.
X
[5]
Bel istirahat yang terdengar fals itu berbunyi 2 kali, seakan menyuruh siswa-siswa untuk beristirahat.
Aku masih duduk di bangkuku dengan membenamkan mukaku di atas meja. Aku meratapi kesialanku dari hari kemarin hingga hari ini.
YaTuhan, semoga kesialanku tak berlangsung lama. Semoga hari esok jadi lebih baik.
“Ken, kenapa? Kamu sakit? Yasudah ayo kita ke UKS!” katanya membuatku terkejut.
“Makanya, jika kau sakit, tak usah masuk sekolah,” lanjutnya lagi sambil menarik lenganku.
“Aku lagi ngga sakit, Joe!” kataku sedikit keras.
“Ee… ee, maaf, aku hanya khawatir.”
“Aku baik-baik saja,” kataku datar. “Yasuda, aku mau keluar dulu!”
Aku beranjak dari dudukku dan berjalan keluar kelas. Aku tak tahu, mau jalan kemana. Yang jelas aku ingin sendiri saat ini.
Kulangkahkan kakiku sedikit cepat menuju taman belakang sekolah. Mungkin hanya tempat itu yang sepi seantero sekolah, karena yang kudengar ditaman belakang itu sedikit angker.
Aku berjalan menuju pohon akasia yang berbatang besar. Ya, aku duduk di situ aja. Pasti udaranya sejuk. Aku duduk di salah satu akar yang menonjol.
Aku baru pertama kali ketempat ini, pemandangannya cukup bagus walaupun suasananya memang sedikit menyeramkan.
Di hadapanku terdapat kolam ikan, yhang mungkin tak ada lagi ikannya. Disini juga banyak rumput liar yang sudah meninggi. Tapi yang aku suka disini, karena suasananya yang sunyi, udara yang sejuk dan jauh dari asap kendaraan. Tidak panas juga.
Aku mengamabil batu-batu kecil di sekitarku. Kemudian, aku melemparkannya ke dalam kolam. Mungkin aku bisa sedikit lega karena melakukan hal ini.
“Sabar… sabar!” gumamku, menenangkan diriku.
“YaTuhan, kupikir aku bisa bahagia disini. Jauh dari orang tua, kupikir aku akan biasa-biasa saja. Tapi, malah begini jadinya. Dibully, diremehkan! Aku juga ingin seperti yang lain, bisa akrab dengan teman-teman pria tanpa ada something di hati!” gumamku lirih.
Baru sekitar 15 menit aku disini, tiba-tiba bel berbunyi. Yah…
Aku segera bangkit dari dudukku dan merapikan bajuku yang sedikit kusut.
“EH!” kata seseorang dari belakangku. Perasaan dari tadi aku cuma duduk sendiri. Kalau begitu siapa yang berbicara barusan.
Aku memutar badanku perlahan…
“What! Elu!” kataku dengan nada tinggi. “Elu… kok bisa di sini?” tanyaku heran.
Bobby menggaruk kepalanya. “Emang gue dari tadi disini. Dari jam pertama masuk malah!” bantahnya.
“Ga usah bohong deh! Pasti kamu ngikutin aku diam-diam kan?!”
“Hey! Ngga usah ke-ge-eran gitu dong! Ngapain gue jadi stalker lu!” katanya, sedikit emosi. “Lagian juga, gue ngga tau kalo dari tadi lu juga ada di balik pohon!”
“Ga mungkin, gue dari tadi ngomong terus, masa lo ngga denger?” kataku lagi.
“Ini!” katanya sambil menunjukkan headset yang ada di lehernya.
Aku langsung berbalik dan cepat-cepat berjalan, menjauhinya.
***
Ternyata kami tidak melanjutkan KBM lagi dikelas setelah istirahat tadi. Kami disuruh bekumpul di gedung aula untuk acara promosi ekskul.
Aku duduk bersebelahan bersama Donny dan Joe. Aku tak tertarik untuk masuk ekskul yang berkaitan dengan pelajar, seperti KIR, sience center, computer, dan lainnya. Ekskul yang terlalu ekstrim seperti paski juga ngga. Ekskul olahraga? Yap, aku suka basket. Dari kecil aku sudah bermain basket. Tapi, aku bukan atlit lho. Aku langsung tak berminat setelah mengetahui siapa ketua tim basket SMA ini. Siapa lagi kalau bukan Aris!
Yap, dia kini berlaga di depan. Memainkan bola basket dengan lihai. Aku mengakui kemampuanya dalam freestyle. Yap, keren. Tapi aku muak melihat tingkahnya yang sedikit pamer di depan. Dasar orang sombong dan tak berprikemanusiaan.
Lagipula aku pasti tidak akan diizinkan oleh ayahku untuk ikut ekskul yang terlalu berat, apalagi berkaitan dengan olahraga. Yap, semenjak aku masuk SMP, aku sudah mengurangi kegiatanku yang berkaitan dengan olahraga. Itu semua karena aku orang yang mudah sakit. Cepat lelah. Dan 1 lagi penyakit yang kubenci di dalam tubuhku. Asma!
Sejak kecil aku sudah menderita asma. Tapi karena aku
orangnya bandel, jadinya sekarang asamanya malah nambah.
Sebenarnya ada banyak pilihan ekskul di sekolah ini. Kami setiap siwsa di wajibkan untuk mengikuti maksimal 3 ekskul. Nanti sajalah aku putuskan pilihanku. Hari ini aku sedang bad mood.
Sekarang penampilan dari ekskul karate. Emm, aku juga pernah ikut karate sewaktu SD. Yang mempromosikan ekskul itu adalah 4 senior, yang salah satu dari 4 senior ituaku mengenalinya. Dia anggota D3B juga. Roland!
Roland menggunakan baju karate yang memperlihatkan dadanya. Dia sudah ban coklat tua ternyata. Aku sampai takjub melihat gerakan mereka. Begitu bagus. Berpower di setiap gerakannya. Mereka sangat bagus meperagakan kata’ pasai. Masih ingat aku nama-nama gerakan yang di peragakan di depan, seperti tendangan mawashi geri, mae geri. Tapi aku tak yakin, aku masih bisa mempergakannya atau tidak. Hahaha.
“Kamu ikut apa, Ken?” kata Donny.
Aku menggeleng. “Masih belum tahu, Don! Kalau kamu ikut apa?” tanyaku balik.
“Futsal!” jawabnya tegas.
“Aku iri padamu!” kataku sambil menonjok perutnya.
“Hahaha, Yasudah, kalo kamu ngga boleh sama Om Herman, ikut futsal. Lu ikut dance aja, tuh! Itu sarangnya lo disini,” ujarnya sambil tertawa geli.
Aku memonyongkan bibirku.
“Eh! Kalo kamu, Joe. Ikut apa?” tanyaku.
“Ehm… ee… ikut basket sama photography, aja.” Jawabnya.
“Ehm,” gumamku.